Tuesday, February 3, 2009

OOEEEK...BUNDA DI MANA?"


Semua bayi akan mengalami rasa takut kala ditinggal orang terdekatnya.


"Bunda aku minta maaf karena kemarin menangis keras sekali ya. Soalnya, waktu itu Bunda tiba-tiba menghilang sih. Aku kan jadi takut. Pada akhirnya kutahu kalau Bunda ternyata cuma mau mengambil pengganti untuk popokku yang basah karena ompol.

Bunda mau tahu kenapa aku begitu takut kalau enggak melihat Bunda? Itu karena setahuku kita sudah satu ‘paket’. Di mana aku berada, di situ ada Bunda. Jadi, dalam benakku kita akan selalu bersama-sama. Maklum kan Bun, hari-hariku selama ini hanya diisi dengan kegiatan menyusu ASI dalam pelukan Bunda atau ditimang-timang penuh sayang. Duh, rasanya bahagia bila sedang menyusu dalam dekapan Bunda. Begitu hangat dan nyaman. Rasanya enggak ada yang bisa menandingi kegiatan yang satu ini.

Teorinya nih Bun, pada bayi usia 6 bulan, seperti aku saat ini, sudah tumbuh rasa takut kehilangan. Katanya sih ini berkaitan dengan kemampuanku yang sudah dapat mengenali wajah orang-orang di sekitarku sejak usia 4 bulan dan perkembangan emosiku yang juga mulai berkembang. Jadi kalau aku menangis setiap kali wajah Bunda tak tampak, itu bukan karena aku cengeng, melainkan karena begitulah memang tahapan perkembangan yang harus kulalui hingga usiaku 18 bulan kelak. Tapi bukan berarti Bunda akan mendengar oeeeeeek oeeek-ku secara terus menerus sepanjang 18 bulan itu lo. Seiring dengan bertambahnya usia, maka tangisanku akan berkurang. Nah, ini sangat bergantung pada bagaimana cara Bunda dan orang-orang yang sering berdekat-dekatan denganku menyikapi perkembanganku ini."

CILUKBA

Hmmm, rupanya begitulah yang ada dalam pikiran si kecil. Pantas saja kalau ia menangis saat sang bunda menghilang dari pandangan. Oleh karenanya, bayi-bayi perlu diberi latihan keberanian agar tak panik ditinggal orang-orang tersayangnya. Mudah, kok, tapi cukup efektif untuk memulai kemandirian yang sederhana.

1. Bermain Cilukba

Ketika bayi menginjak usia 3 bulan, ia sudah dapat diajak melakukan permainan ini. Caranya, sembunyikan wajah di balik jari-jemari tangan. Tahan selama beberapa detik, kemudian munculkan wajah sambil mengucapkan, "Cilukba...ini Bunda. Bunda ada, kan." Tak perlu takut bayi tidak akan memahami permainan ini. Meski ia belum memahami percakapan namun dengan permainan ini bayi akan tahu bahwa bila bundanya menghilang kelak akan kembali lagi.Cara lain dengan menggunakan selimut. Tutupi wajah Anda dengan selimut dan tahan selama beberapa saat. Kemudian, tunjukkan wajah Anda sambil mendekati bayi dan ucapkan, “Cilukba...Bunda kembali lagi lo. Bunda pergi tidak lama, kan.”

2. Bermain petak umpet

Memasuki usia 6 bulan, bayi dapat diajak bermain petak umpet. Caranya, tinggalkan bayi dan pergilah sejenak ke luar ruangan. Atau, bersembunyilah di balik tirai. Tak perlu lama-lama cukup 1–2 menit. Cermati kondisinya, bila menangis, segeralah berteriak bahwa Bunda ada di luar. Atau, sebutkan lokasi tempat persembunyian Bunda. Segera munculkan wajah atau sosok Anda. Melalui kegiatan ini bayi akan memahami bahwa meski bundanya tidak terlihat di hadapannya tapi suaranya masih terdengar. Ini berarti Bundanya masih ada di sekitar ruangan dan akan segera kembali. Permainan ini diharapkan akan membentuk rasa aman bayi terhadap lingkungan dan orangtuanya.

3. Berpamitan

Biasakan untuk berpamitan bila harus meninggalkan bayi cukup lama. Apakah itu pergi mandi, pergi ke kantor, memasak di dapur, ke dokter, dan lain-lain. Ketika berpamitan jelaskan ke mana tujuan Bunda dan hendak melakukan apa. Juga, berapa lama waktu yang akan dihabiskan. Jangan lupa untuk menegaskan bahwa Bunda akan kembali. Berikan ciuman perpisahan dan lambaikan tangan sebagai pertanda perpisahan terakhir. Jangan memalingkan muka pada saat melangkah meninggalkannya. Berpikirlah, ia akan baik-baik saja dengan orang yang menjaganya. Pokoknya, Bunda harus yakin dengan cara yang telah diterapkan ini. Bila merasa tidak tega dan mencoba untuk kembali, umumnya bayi malah akan menangis.

BILA MASIH MENANGIS

Memang hasil dari berbagai stimulasi seperti itu tak selalu kelihatan dalam sekejap. Nah, kalau begitu kejadiannya, coba deh cari tahu kondisi tubuhnya. Jangan-jangan bayi sakit atau sekadar tak nyaman karena cuaca dan popok yang basah. Kalau semuanya baik-baik saja, tangisan bayi yang tengah kehilangan Bunda biasanya dapat diredakan dengan mengalihkan perhatiannya. Ajak dia melakukan kegiatan yang dapat menarik perhatiannya. Mengajaknya ke taman melihat bunga yang baru mekar, barangkali. Atau bermain bola warna-warni di atas kasur, umpama.

Kalau bayi sulit ditenangkan, padahal kondisi fisiknya baik-baik saja, ada kemungkinan ia memang punya masalah dengan rasa aman dan kepercayaan terhadap lingkungan. Jika demikian, Bunda perlu mengamati apakah pendamping bayi selama bunda tidak di rumah melakukan tugasnya dengan baik dan ramah?

Kalau ternyata si pendamping kerap meninggalkan bayi sendirian di kamar, wajar kalau bayi jadi merasa tidak merasa aman dengan lingkungannya. Ia tahu, kalau Bunda tak ada, maka tak ada yang membelainya. Itulah yang membuatnya tak percaya pada lingkungan dan sering menangis kala ditinggal Bunda.

Kalau memang itu penyebabnya, ajaklah pengasuh di rumah untuk sigap mendampingi bayi kapan pun ia membutuhkannya. Kala popoknya basah, segera ganti dengan yang bersih. Kala bayi lapar, jangan tunda untuk mengenyangkannya. Kala ia bosan, aktiflah mengajaknya bermain. Dari perlakuan seperti itu, rasa aman bayi akan terbentuk, barulah ia bisa mempercayai lingkungan.

Nah, begitu. Semoga Bunda sekarang makin paham bahwa kehilangan sosok yang paling dipercaya, membuat bayi sangat tidak nyaman. Namun, bukan berarti ia tak boleh berpisah dari Bundanya. Sebaliknya, ia harus dikenalkan pada konsep perpisahan agar rasa aman dan rasa percayanya pada lingkungan semakin berkembang.

No comments: